Lido, Jum’at (19/09/2025) – Lido – Para finalis terbaik dari santri putra dan putri tampil dalam Grand Final Speech Contest tiga bahasa yang berlangsung di Aula Multazam. Acara yang digelar pada hari Jum’at, 19 September 2025 pukul 20.00 WIB ini dihadiri oleh segenap asatidz, ustadzah, serta santri.

Dalam sambutannya, Khadimul Ma’had Kyai. Mohammad Yazid Dimyati, S.Th.I., Lc. menegaskan bahwa nilai penting dari perlombaan ini bukan terletak pada hadiahnya, melainkan pada keberanian santri untuk tampil di atas panggung.
“Hal yang paling mahal dari sebuah lomba atau pertunjukan itu bukanlah hadiah materinya, melainkan panggungnya. Siapa yang mendapat kesempatan tampil di atas panggung, baik sebagai pembicara, MC, pembaca puisi, pemeran drama, atau apapun bentuknya, maka ia sedang mempertaruhkan harga diri, mental, fisik, akal, dan pikirannya,” ungkap beliau.
Beliau juga menekankan bahwa semua peserta yang tampil sudah menunjukkan keberanian yang luar biasa.
“Bagi saya, 99% dari penampilan kalian malam ini sudah luar biasa. Memang ada catatan dan masukan dari dewan juri, tetapi itu semua untuk kebaikan dan peningkatan. Intinya, kalian sudah berani naik panggung dan itu adalah prestasi yang besar,” jelas Kyai Yazid.
Lebih lanjut, Khadimul Ma’had mengingatkan pentingnya kegiatan Muhadhoroh sebagai wadah pendidikan santri untuk melatih diri berbicara di depan publik.

“Jangan sampai ada yang menganggap muhadhoroh itu membosankan. Yang membuat bosan itu bukan muhadhorohnya, tetapi orang yang menjalaninya dengan setengah hati. Muhadhoroh itu sangat luas: ada pidato, debat, MC, tasliyah (puisi, nyanyian), drama, dan sebagainya. Semua yang tampil dalam muhadhoroh, dalam bentuk apapun, sejatinya sedang berlatih berbicara di depan publik,” tegas beliau.
Acara Grand Final Speech Contest ditutup dengan pembagian hadiah dan penghargaan bagi para juara.

🏆 Juara pidato Bahasa Indonesia diraih oleh Muhammad Dirham Mandala asal Bogor.
🏆 Juara pidato Bahasa Arab diraih oleh Muhammad Farras Ramdhan asal Sukabumi.
🏆 Juara pidato Bahasa Inggris diraih oleh Safa Azzahra Solehudin asal Cianjur
Harapannya, kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut dan menjadi sarana pembentukan mental, karakter, serta kepercayaan diri santri di masa depan.