Jakarta_(11/09/ 25) Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido bersama Pesantren Qotrunnada dan Ummul Qura’ Al-Islami menjalin kolaborasi dalam acara Talkshow Jurnalistik yang diinisiasi oleh Kompas Gramedia.
Acara ini bertempat di Aula Gramedia Jalma, Jakarta Selatan, yang menghadirkan praktisi literasi yang memberikan inspirasi dan arahan bagi santri untuk menekuni dunia kepenulisan secara serius.
Acara dimulai pukul 10.30 WIB dengan Mas Hediansyah, S.S. bertindak sebagai moderator. Sambutan pembuka disampaikan oleh Manager Publishing 2 Kompas Gramedia, Mas Wahyu Raharjo, M.Fil., yang menegaskan bahwa budaya literasi adalah fondasi penting dalam membangun peradaban. Ia mendorong para santri agar tidak hanya menjadi penikmat informasi, tetapi juga menjadi penghasil karya tulis yang bermakna.

Dalam sesi materi disampaikan oleh Mas Dodi Mawardi dan Mas Hilda Fauzi, S.Hum. Kedua pemateri memberikan wawasan luas tentang arti penting dunia tulis-menulis, baik sebagai media ekspresi, dakwah, maupun sarana pengembangan diri.
Lalu, Mas Dodi Mawardi menyoroti tradisi menulis di pesantren yang sudah berlangsung lama namun sering kali kurang terdokumentasi secara baik. Ia mengungkapkan rasa bangganya terhadap pesantren yang selama ini konsisten melahirkan karya, baik berupa kitab, catatan keilmuan, maupun artikel populer.
“Pesantren adalah lahan subur bagi tradisi menulis. Santri terbiasa membaca, menganalisis, dan menuliskan kembali pengetahuan yang mereka dapatkan. Namun, tantangannya adalah bagaimana menjadikan tradisi itu terdokumentasi, dipublikasikan, dan bisa memberi manfaat lebih luas bagi masyarakat,” jelasnya.
Lebih jauh, Dodi menekankan bahwa menulis bukan sekadar keterampilan teknis, tetapi juga proses berpikir kritis. Menurutnya, setiap tulisan adalah bukti rekam jejak intelektual sekaligus alat komunikasi yang menjembatani gagasan santri dengan masyarakat luas. Ia menegaskan, jika santri mampu menulis dengan baik, maka pesan dakwah mereka akan jauh lebih mudah dipahami oleh generasi sekarang.
Sementara itu, Mas Hilda Fauzi, S.Hum. menggarisbawahi pentingnya membangun kebiasaan menulis sejak dini. Menurutnya, santri memiliki modal yang sangat kuat berupa kedekatan dengan literatur keislaman, namun kebiasaan menuliskan kembali hasil pembelajaran masih perlu ditingkatkan.
“Menulis itu bukan bakat, tapi keterampilan yang bisa diasah. Santri jangan takut salah atau tidak sempurna. Yang paling penting adalah berani menuangkan ide. Dari proses itu, kemampuan akan berkembang. Semakin sering menulis, semakin tajam pula pola pikir kita,” paparnya.
Hilda juga menambahkan bahwa menulis bagi santri tidak hanya sekadar melatih keterampilan bahasa, tetapi juga mengasah kepekaan sosial. Ia mencontohkan bagaimana sebuah artikel sederhana tentang pengalaman hidup sehari-hari bisa menjadi refleksi berharga yang memotivasi banyak orang.
Dalam hal ini, Ust. Rudi Hartono, S.Sos.I., M.I.Kom., selaku Kepala Unit KIBAR Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido, menegaskan bahwa tantangan utama santri dalam jurnalistik adalah menjaga konsistensi, integritas, dan kejujuran dalam menulis. Ia juga menguraikan perbedaan fungsi tulisan fiksi dan ilmiah dalam dunia dakwah.
Menurutnya, fiksi mampu mengemas nilai moral dengan bahasa yang menyentuh, sedangkan tulisan ilmiah memberi bobot akademis yang memperkuat landasan dakwah. “Keduanya sama-sama penting. Fiksi bisa merangkul emosi, ilmiah memperkuat logika. Jika santri mampu menguasai keduanya, maka dakwah akan lebih efektif dan menyentuh semua kalangan,” jelasnya.
Sementara itu, Ust. H. Noor Fachruddin Fahmi, Lc., selaku Ketua Unit Redaktur dan Jurnalistik Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido, menekankan aspek kreativitas. Menurutnya, kreativitas adalah kunci agar santri bisa menghadirkan karya yang relevan dengan perkembangan zaman, sekaligus tetap berakar pada nilai-nilai keislaman.
Talkshow yang berlangsung hingga pukul 12.30 WIB ini ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif. Para santri tampak antusias memberikan pertanyaan, mulai dari teknik menulis yang efektif hingga cara memanfaatkan media digital untuk publikasi karya.
Kolaborasi antarpesantren bersama Kompas Gramedia ini diharapkan tidak hanya memperkuat budaya literasi, tetapi juga melahirkan generasi santri yang berani menulis, kreatif, dan siap menjadi kontributor penting dalam dunia jurnalistik modern. (red: afsanas saxcena)


